Pencemaran Limbah Industri Pengalengan Ikan, Dampak, Penanganan, dan Manfaatnya

>> 7.08.2009


Penyebab Pencemaran
Berikut adalah sebuah wacana yang memuat tentang penyebab pencemaran yang ditimbulkan atau diakibatkan oleh limbah dari aktivitas industri pengalengan ikan dan dampaknya begi lingkungan di sekitar tempat pengalengan ikan.

”PT Jui Fa Akui IPAL-nya Penyebab Pencemaran”

Pihak pabrik pengalengan ikan tuna PT Jui Fa International Foods yang berada di Kelurahan Tegalkamulyan Kecamatan Cilacap Selatan akhirnya mengakui bahwa sumber pencemaran terhadap sejumlah sungai di sekitar pabrik maupun munculnya bau busuk yang menyengat itu berasal dari instalasi pengolah limbah (Ipal) yang tidak berfungsi secara maksimal. Disamping itu juga disebabkan, saat ini pabrik yang mengolah jenis ikan tuna dan tongkol untuk komoditas ekspor ke AS dan Eropa itu sedang mengalami over (kelebihan) produksi. Biasanya dalam kondisi normal untuk lima hari kerja, kapasitas produksi tiap harinya hanya sekitar 30 ton. Jumlah ini biasanya tidak sampai menimbulkan pencemaran. Namun kini untuk operasi satu minggu (tujuh hari) mencapai 45-50 ton/hari.

Akibatnya, Ipal yang berfungsi untuk menampung dan mengolah/memproses limbah protein-sumber bau-tidak bisa berjalan atau terhenti karena kepanasan. Sehingga bakteri yang ditanam di bak penampung untuk membunuh kuman atau meyerap bau menjadi mati. Semestinya dalam kondisi stabil Ipal tersebut akan memproses sesuai dengan ketentuan standarproduksinya. ''Memang dalam dua minggu ini Ipal kita tidak berfungsi karena kepanasan (over). Akibatnya proses pengolahan limbah menjadi gagal. Itu masih ditambah dengan membanjirnya ikan ikan nelayan yang masuk dan harus tetap diolah. Mau ditolak gimana?, kasihan nanti mereka (nelayan, Red) hasil penennya tidak terbeli,'' kata Rahman Sumantri Kepala Pabrik Kamis (17/7) siang kepada SM CyberNews di sela-sela peninjauan Tim Bapedalda ke pabrik tersebut yang langsung dipimpin Kepala Bapedalda Drs Kiswoyo MM.

Kunjungan itu difokuskan untuk mengecek secara langsung ke satu-satunya Ipal yang dimiliki PT Jui Fa. Pabrik ini sebelumnya dituding oleh masyarakat sekitar dan kalangan DPRD sebagai penyebab pencemaran lingkungan dan polusi udara (bau). Hasil pengamatan langsung Tim Bapedalda menemukan bahwa sumber bau berasal dari tiga bak penampung limbah yang tidak berfungsi. Tim juga menemukan bekas saluran limhah yang dialirkan langsung ke ke arah sungai, namun kemarin terlihat sudah ditutup. Padahal dalam aturannya semua limbah harus masuk terlebih dulu ke Ipal.

Rahman didampingi Kepala Bagian Produksi Haryono menambahkan, untuk penangan secara darurat khususnya mengurangi masalah bau akan dilakukan pengapuran terhadap air limbah baik yang saat ini dialirkan ke lingkungan pabrik, bukan ke sungai lagi seperti sebelumnya maupun limbah dari bak penampung yang disedot.

''Untuk sungai Sentul dan Kaliyasa yang terlanjur teraliri limbah akan kita glontor dengan air secara besar-besaran. Airnya sudah kita pesan lewat bagian pengairan. Pokoknya kita siap memperbaiki Ipal atau menanggung kerugian yang dialami warga kalau ada. Kita juga tidak keberatan untuk menyiapkan Ipal lagi,'' ungkap Lie pemilik pabrik asal Taiwan yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Rahman, tangan kanannya.

Dari pantauan SM CyberNews, setelah dikeluhkan warga sekitar ternyata mulai kemarin beberapa pekerja sedang sibuk menyedot air limbah di bak agar tidak melimpas ke sungai. Limbah itu dibuang ke halaman pabrik kemudian diberi kapur. Begitu pula limbah yang baru dihasilkan. Setelah diadakan pengapuran radius bau juga mulai berkurang.

''Meski ada perubahan kita tetap akan mengawasinya. Dilihat saja beberapa pekan lagi ada perubahan atau tidak, Masalah ini sebenarnya sejak 4 Juli lalu kita sudah turun tangan, jadi tidak benar kalau ada anggapan kita tidak melakukan pengawasan,'' ujar Kiswoyo.

Teknik Pengalengan Ikan Yang Baik dan Benar
Dan berikut ini adalah teknik pengalengan ikan yang baik, benar dan mengikuti aturan-aturan yang ada, sehingga hasil yang didapatkan pun optimal dan tidak menimbulkan pencemaran di lingkungan sekitar tempat industri berada. Contoh industri tersebut adalah PT. INDOFISH INTERNASIONAL DESA PENGAMBENGAN KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA BALI.

Teknik pengalengan ikan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan bahan baku ikan segar, pengguntingan (cutting), pengisian (filling), pemasakan awal (pree cooking), Penghampaan (exhausting), penutupan wadah kaleng (seaming), sterilisasi, dan pengepakan (packing).

2. Limbah pengalengan yang terdiri dari kepala, ekor dan isi perut ikan diolah menjadi tepung ikan dan minyak ikan.

3. PT. Indofish Internasional melakukan proses exhausting menggunakan metode penambahan medium pengalengan berupa saos tomat, saos cabe atau minyak sayur (vegetable oil) dalam keadaan panas yang terlebih dahulu diawali dengan pemasakan awal (pree cooking).

4. Sanitasi yang dilakukan meliputi sanitasi lingkungan dan sanitasi karyawan. Sanitasi lingkungan dilakukan dengan pembersihan sarana produksi sedangkan sanitasi karyawan dilakukan dengan memberlakukan ketentuan-ketentuan dan larangan-larangan bagi karyawan pabrik.

5. Masih banyak karyawan yang tidak memakai masker, dan memakai tutup kepala yang bukan tutup kepala yang distandarisasi pabrik.

6. Tindakan pengendalian mutu yang dilakukan meliputi analisa formalin, sortasi pada proses pengguntingan, pencucian ikan dalam mesin rotary, penutupan wadah kaleng (seaming), sterilisasi dan pendinginan.

7. PT. Indofish Internasional menetapkan 2 tahapan proses yang dijadikan sebagai titik kritis (control point) yaitu penutupan wadah kaleng dan sterilisasi.

8. Penutupan wadah kaleng harus hermetis agar udara tidak bisa masuk ke dalam wadah kaleng, sehingga produk tidak rusak.

9. Sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi komersial, artinya dengan sterilisasi tersebut dapat mematikan mikroba pembusuk dan mikroba yang bersifat pathogen, namun bakteri lain yang tahan terhadap panas kemungkinan dapat bertahan hidup tapi keberadaannya itu dapat diabaikan.

10.Analisa produk akhir adalah bagian dari pengendalian mutu yang dilakukan sebelum produk dipasarkan. Analisa produk akhir yang dilakukan meliputi analisa kadar garam, kadar asam, kekentalan, derajat keasaman, bobot tuntas dan organoleptik.

11.Dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari pengalengan ikan adalah bau tak sedap. PT. Indofish Internasional tidak mengalami masalah yang berarti terkait masalah limbah, karena sebelum dialirkan ke laut limbah pengalengan diolah terlebih dahulu.

Limbah Pengalengan Ikan
Apakah Limbah Pengalengan Ikan itu ?
Dalam kegiatan industri pengalengan ikan selalu menghasilkan limbah ikan yang sebenarnya masih dapat dimanfaatkanuntuk membuat tepung ikan. Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak seperti unggas, babi dan makanan ikan. Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B. Protein ikan terdiri dari asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan. Kandungan gizi yang tinggi pada tepung ikan dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging ternak dan ikan. Usaha pembuatan tepung ikan dapat menggunakan limbah ikan karena relatif murah dan mudah didapat, juga menggunakan peralatan sederhana. Usaha ini diharapkan dapat menjadi produk andalan industri kecil.

Nilai Gizi
Kandungan gizi tepung ikan tergantung dari jenis ikan yang digunakan sebagai bahan bakunya. Tepung ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-komponen sbb :
• Air 6-100 %
• Lemak 5-12 %
• Protein 60-75 %
• Abu 10-20 %

Selain itu karena dibuat dari kepala dan duri ikan maka tepung ikan juga mengandung :
• Ca fosfat
• Seng
• Yodium
• Besi
• Timah
• Mangan
• Kobalt
• Vitamin B 2 dan B 3

Bahan Baku Tepung Ikan
• Limbah ikan dari industri pengalengan ikan
• Ikan kurus: ikan-ikan kecil misalnya teri ( Solepherus sp )
• Ikan gemuk: ikan petek ( Leioguanathus sp )

Cara Pembuatan Tepung Ikan
1.Bahan limbah dipotong kecil-kecil dalam bak pencucian dengan air yang mengalir.
2.Dilakukan penggaraman selama 30 menit.
3.Khusus untuk ikan gemuk tambahkan air hingga terendam dan dimasak selama 1 jam. Untuk ikan kurus dimasak dalam dandang selama 30 menit, kemudian ikan yang sudah matang dimasukkan ke dalam alat pengepres.
4.Ikan yang telah di pres digiling.
5.Ikan yang telah dipres dikeringkan pada suhu 60 - 65 derajat Celcius selama 6 jam di dalam alat pengering untuk ikan basah, dan ikan kering dikeringkan dengan sinar matahari.
6.Ikan yang telah dipres dan kering digiling sampai lembut.
7.Tepung ikan siap dipasarkan.

Bahaya Limbah
Limbah ikan jika tidak dikelola ( dimanfaatkan lebih lanjut ) akan menimbulkan pencemaran bau yang menyengat, karena proses pembusukan protein ikan. Selain itu bias menjadi sumber penyakit menular terhadap manusia yang ditularkan lewat lalat (misalnya muntaber).

Mencegah Pencemaran Lingkungan
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh industri pengalengan ikan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak diinginkan adalah sebagai berikut:

1.Kebersihan merupakan hal yang paling pokok dalam menjaga mutu suatu produk. Untuk itu diperlukan pengawasan ekstra dalam menjaga kebersihan selama proses pengalengan ikan, terutama pencucian ikan dengan menggunakan mesin rotary.

2.Sanitasi yang diterapkan sudah dapat dikatakan baik hanya saja diperlukan sedikit penertiban karyawan terkait kewajiban memakai masker dan memakai tutup kepala yang benar (sesuai dengan yang distandarisasi pabrik) dan dengan benar.

3.Alangkah baiknya jika proses pendinginan setelah sterilisasi diberi jangka waktu lebih lama (minimal 6 jam). Pendinginan yang tidak sempurna (kaleng yang belum benar-benar dingin sudah disimpan) dapat menyebabkan ”stack burn” pada produk. Stack burn ditandai dengan isi kaleng dalam keadaan yang terlalu lunak, berwarna gelap, sehingga tidak baik dikonsumsi.

4.Perlu dilakukan pengecekan kesehatan karyawan, minimal 1 kali dalam satu tahun untuk mencegah masuknya virus Hepatitis tipe A pada produk ikan kalengan, karena penyakit ini dapat ditularkan manusia lewat makanan.


5.Pada tingkat yang lebih tinggi untuk menjaga mutu produk, pengadaan metal detektor sangat diperlukan. Metal detektor digunakan untuk mendeteksi kandungan logam berat pada ikan. Karena kandungan logam berat sangat membahayakan kesehatan.

6.Pojok dinding ruangan hendaknya tidak dibuat bersudut melainkan berbentuk elips. Hal ini untuk mencegah menempelnya bibit penyakit pada lekukan dinding.


7.Untuk mengurangi bau amis pada ikan, pada saat penyimpanan dalam bak penyimpan dapat ditambahkan sedikit Asam asetat (cuka). Selain dapat mengurangi bau amis, asam asetat (cuka) juga mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk, sehingga kesegaran ikan dapat dipertahankan.

8.Bau menyengat dari proses pengalengan ikan dapat diminimalisir dengan penggunaan zeolit yang diletakkan di tiap pojok ruangan.

Pemanfaatan Limbah Pengalengan Ikan
INDUSTRI pengolahan perikanan sangat banyak ragamnya. Dari tipe operasional, skala produksi, jenis produksi, sampai kapasitasnya. Industri pengolahan perikanan di Indonesia sebagian besar menggunakan bahan baku ikan jenis tuna, cakalang, mackerel, sardin, udang, kepiting, kakap, ikan nila, dan berbagai jenis ikan fillet.

Limbah yang dihasilkan paling banyak digunakan menjadi tepung ikan seperti di industri pengalengan ikan tuna dan sardin yang banyak terdapat di Jawa Timur maupun Bali. Hanya 48.000 ton tepung ikan yang diproduksi dalam negeri dan 1.863 ton diekspor ke Jepang, Hongkong, dan Taiwan, sehingga untuk mencukupi kepentingan dalam negeri tepung ikan diimpor 240.000 ton per tahun dari Banglades, Jepang, dan Cile.

Industri tepung ikan menggunakan bahan baku dari ikan yang sudah tidak layak lagi untuk diolah menjadi ikan kaleng atau menggunakan limbah dari pengolahan ikan kaleng yang terdiri atas bagian kepala, ekor, dan isi perut. Selain tepung ikan yang diproduksi oleh industri besar, ada juga tepung ikan yang diproduksi dalam skala rumah tangga. Kualitas tepung ikan sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan.

Tepung ikan dengan bahan baku ikan lemuru utuh segar mengandung protein 71,62 persen dengan rendemen 15,50 persen, sedangkan ikan lemuru hasil limbah pengalengan mengandung protein 55,04 persen dengan rendemen 14,78 persen. Limbah kodok dapat dijadikan tepung dengan kandungan protein 61,26 persen dengan rendemen 10-15 persen, sedangkan limbah kepala udang dijadikan tepung kepala udang dengan kandungan protein 35,90 persen dan rendemen 19-20 persen.

Sumber protein untuk pakan dapat juga diproduksi dengan cara membuat silase ikan. Proses pembuatan silase dapat dilakukan dengan cara kimia dan biologis. Secara kimia dapat digunakan asam anorganik dan asam organik. Secara biologis dilakukan dengan menambahkan sumber bakteri asam laktat dan karbohidrat sebagai substrat dan kemudian difermentasi dalam keadaan anaerob. Tepung silase ikan yang dibuat dari ikan rucah utuh dengan menggunakan tiga persen asam formiat yang kemudian dibuat pakan dengan menambahkan tepung jagung dengan perbandingan 1:1 mempunyai kandungan protein 21,73 persen. Tepung silase dapat dijadikan pakan ayam atau ternak lainnya walaupun hasilnya tidak sebaik tepung ikan.

Limbah ikan juga digunakan sebagai pupuk pertanian dengan dua bentuk utama yaitu dalam bentuk cairan dan kompos ikan. Dalam bentuk kompos maka limbah ikan dicampur dengan limbah dapur dan limbah tanaman dan dibiarkan terurai.

Produk ini memperkaya nutrien tanah dan mempunyai keunggulan dalam hal kapasitasnya menahan air. Pupuk cair dibuat dengan cara mencampur limbah ikan dengan asam organik dan dibiarkan pada suhu kamar sampai terurai dengan baik.

Cairan ini dapat digunakan langsung ke tanah atau ke akar tanaman, dapat juga digunakan dengan menyemprotkannya ke daun tanaman. Departemen Pertanian menganjurkan penggunaan 8 ton per ha, demikian juga untuk pupuk sayur-sayuran.

Masyarakat dewasa ini lebih memperhatikan kesehatan sehingga sayuran yang dijual dengan pupuk organik harganya lebih tinggi. Penggunaan pupuk ikan meningkatkan modal 925 dollar AS per ha, tetapi meningkatkan hasil sayuran 47,7-54,8 ton per ha sehingga dapat memberikan keuntungan 1.900 dollar AS per ha.

Karotenoprotein 0,5 persen dan 1 persen yang diekstraksi dari limbah udang dan kepiting yang ditambahkan pada pakan ikan hias botia dan diskus, ternyata juga meningkatkan kecemerlangan warna yang sama dengan pakan yang mengandung astasantin murni 0,5 persen dan 1 persen.

1 celotehan:

Tommy Kamis, Desember 12, 2019 7:24:00 AM  

Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management

OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP